Review Jurnal "Well-being among university students in the post-COVID-19 era: a cross-country survey" di jurnal Scopus
Judul jurnal:
Well-being among university students in the post-COVID-19 era: a cross-country survey
Jurnal:
Scopus
Tahun Publikasi dan Halaman:
07 Agustus 2017,12 Halaman
Penulis:
M. Bersia, L. Charrier, G. Zanaga, T.Gaspar,C.Moreno‑Maldonado,P.Grimaldi,E.Koumantakis, P. Dalmasso & R. I. Comoretto
Reviewer:
Yuda Andika Prasetya Wijaya
Tanggal review:
16 Agustus 2024
Abstrak
Mahasiswa harus menghadapi tantangan penting untuk kehidupan masa depan mereka, seperti berhasil dalam studi akademis dan menemukan sosok yang bisa diandalkan. Proses ini berpotensi melibatkan kesejahteraan dan kesehatan mental mereka, dengan kemungkinan perbedaan sosial budaya berdasarkan negara tempat studi. Untuk mengeksplorasi perbedaan potensial tersebut, survei lintas sektor dan multipusat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa dari Universitas Torino (Italia), Sevilla (Spanyol), dan Lusòfona (Portugal). Survei yang dilakukan dari Mei hingga November 2023 ini menyelidiki rincian demografi dan pendidikan mahasiswa, status sosial ekonomi, dukungan sosial, kesehatan mental, lingkungan akademis, dampak pandemi COVID-19 yang dirasakan, dan rencana masa depan. Profil demografi menunjukkan dominasi peserta perempuan dan orientasi seksual heteroseksual, diikuti oleh biseksualitas. Mahasiswa Italia menunjukkan tingkat kesejahteraan mental terendah dan tingkat masalah mental (kecemasan dan depresi) tertinggi serta risiko bunuh diri di ketiga negara meskipun profil dukungan sosialnya relatif sama. Prevalensi kepercayaan diri mahasiswa terhadap masa depan profesional mereka lebih tinggi di Spanyol daripada di Italia dan Portugal. Studi ini memberikan pemeriksaan komprehensif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mahasiswa di tiga negara Eropa Selatan, mengatasi tantangan kesehatan mental utama di kalangan mahasiswa dan menawarkan wawasan berharga untuk tujuan kesehatan masyarakat.
Pembahasan:
dalam “Kesejahteraan di kalangan mahasiswa di era pasca-COVID-19: survei lintas negara” menyelidiki beberapa aspek penting dari kesejahteraan siswa dan kesehatan mental di berbagai konteks budaya. Berikut adalah poin utama yang dibahas:
Dampak COVID-19: Studi ini mengeksplorasi bagaimana pandemi COVID-19 telah secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental siswa, menekankan perlunya memahami implikasi jangka panjang pandemi terhadap kesejahteraan mereka. Survei ini bertujuan untuk menilai dampak pandemi yang dirasakan terhadap kehidupan siswa, yang sangat penting untuk mengembangkan sistem pendukung yang efektif ke depan.
Variasi Demografis: Diskusi menyoroti perbedaan demografis di antara peserta, mencatat dominasi siswa perempuan dan mereka yang mengidentifikasi sebagai heteroseksual. Informasi demografis ini sangat penting untuk memahami konteks temuan dan menyesuaikan intervensi untuk kelompok tertentu dalam populasi siswa.
Tantangan Kesehatan Mental: Membahas tingkat masalah kesehatan mental yang mengkhawatirkan, terutama pada siswa Italia, yang melaporkan tingkat kecemasan, depresi, dan risiko bunuh diri tertinggi. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang kecukupan sumber daya kesehatan mental bagi siswa dan kebutuhan universitas untuk memprioritaskan dukungan kesehatan mental.
Dukungan Sosial dan Lingkungan Akademik: Diskusi juga mengeksplorasi peran dukungan sosial dan lingkungan akademik dalam mempengaruhi kesehatan mental siswa. Studi ini menunjukkan bahwa sementara dukungan sosial relatif serupa di seluruh negara, tekanan dan harapan akademik mungkin berbeda, berdampak pada kesejahteraan siswa secara keseluruhan.
Perspektif Masa Depan: Menekankan pentingnya memahami harapan masa depan siswa dan aspirasi profesional. Ini membahas bagaimana kepercayaan siswa pada masa depan profesional mereka bervariasi menurut negara, dengan siswa Spanyol merasa lebih optimis daripada siswa Italia dan Portugis. Aspek ini sangat penting untuk mengatasi kesehatan mental siswa, karena prospek masa depan dapat secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan mereka saat ini.
Rekomendasi untuk Intervensi: Diskusi berpuncak pada rekomendasi bagi universitas dan pembuat kebijakan untuk menerapkan intervensi kesehatan mental yang ditargetkan. Kebutuhan akan sistem dukungan komprehensif yang mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh siswa dalam konteks budaya yang berbeda disorot, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan siswa secara keseluruhan di era pasca-COVID-19.
Metode Penelitian:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survei lintang yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dan pengalaman mahasiswa dari berbagai negara secara komparatif.
2. Populasi/sampel: Populasi penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18-35 tahun dari Universitas Torino (Italia), Sevilla (Spanyol), dan Lusofona (Portugal). Sampel diambil secara sukarela dan berjumlah total 8380 mahasiswa.
3. Instrumen penelitian: Penelitian ini menggunakan kuesioner online multibahasa yang dikembangkan menggunakan platform REDCap. Kuesioner mencakup informasi demografi, status sosioekonomi, dukungan sosial, kesehatan mental, dampak COVID-19, stres akademik, dan pandangan masa depan.
4. Teknik pengumpulan data: Data dikumpulkan secara online secara anonim melalui link kuesioner yang dikirim ke email institusi mahasiswa.
Jadi,metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei kuesioner untuk mendapatkan informasi dari mahasiswa dari berbagai negara.
Kesimpulan:
penelitian ini menekankan pentingnya memahami faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi kesejahteraan mahasiswa dan kesehatan mental, menganjurkan intervensi yang ditargetkan untuk mendukung populasi yang rentan ini.
Kelebihan:
• Metodologi Ketat: Studi ini menggunakan alat yang divalidasi dan protokol yang konsisten untuk menilai kesejahteraan, yang meningkatkan keandalan temuan. Pendekatan yang ketat ini memungkinkan pemahaman komprehensif tentang kesehatan mental di antara mahasiswa di Italia, Spanyol, dan Portugal.
• Perbandingan lintas Negara: Dengan membandingkan siswa dari tiga negara Eropa Selatan, penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang faktor budaya dan sosiokultural yang mempengaruhi kesejahteraan siswa. Pendekatan komparatif ini membantu mengeksplorasi kompleksitas kesehatan mental di berbagai konteks.
• Fokus pada Dampak pasca-COVID-19: Artikel ini membahas tantangan kesehatan mental yang signifikan yang dihadapi oleh siswa setelah pandemi COVID-19, menjadikannya relevan dan tepat waktu. Ini menyoroti perlunya intervensi kesehatan mental yang ditargetkan dalam konteks saat ini.
• Pengumpulan Data Komprehensif: Survei mengumpulkan berbagai data, termasuk detail demografis, status sosial ekonomi, dan dampak yang dirasakan dari pandemi. Pendekatan multifaset ini memungkinkan pemahaman yang lebih holistik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan siswa.
Kekurangan:
• Sampel Tidak Seimbang : Keterbatasan signifikan dari penelitian ini adalah sampel yang tidak seimbang, dengan sebagian besar responden dari Italia dan sangat sedikit dari Spanyol dan Portugal. Ketidakseimbangan ini membatasi kemampuan untuk membuat perbandingan statistik yang kuat antar negara, berpotensi merusak hasil.
• Generalisasi Rendah: Meskipun ukuran sampel melebihi 8000 siswa, itu hanya mewakili sebagian kecil dari total populasi siswa (sekitar 150.000). Keterbatasan ini menimbulkan kekhawatiran tentang generalisasi temuan ke populasi siswa yang lebih luas.
• Data yang Dilaporkan Sendiri: Ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri menimbulkan potensi bias, karena siswa mungkin kurang melaporkan atau melaporkan status kesehatan mental mereka secara berlebihan. Pelaporan diri ini dapat mempengaruhi keakuratan temuan.
• Desain Cross-Section: Desain cross-sectional penelitian membatasi kemampuan untuk menarik kesimpulan kausal tentang hubungan antar variabel. Studi longitudinal akan lebih efektif dalam memahami dinamika kesejahteraan siswa dari waktu ke waktu
• Generalisasi Rendah: Meskipun ukuran sampel melebihi 8000 siswa, itu hanya mewakili sebagian kecil dari total populasi siswa (sekitar 150.000). Keterbatasan ini menimbulkan kekhawatiran tentang generalisasi temuan ke populasi siswa yang lebih luas.
• Data yang Dilaporkan Sendiri: Ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri menimbulkan potensi bias, karena siswa mungkin kurang melaporkan atau melaporkan status kesehatan mental mereka secara berlebihan. Pelaporan diri ini dapat mempengaruhi keakuratan temuan.
• Desain Cross-Section: Desain cross-sectional penelitian membatasi kemampuan untuk menarik kesimpulan kausal tentang hubungan antar variabel. Studi longitudinal akan lebih efektif dalam memahami dinamika kesejahteraan siswa dari waktu ke waktu
adapun review teks ini ditulis sebagai bentuk untuk memenuhi tugas PKKMB
Komentar
Posting Komentar